
Praktik Keterampilan Tata Boga Peserta Didik Autis Di SLB Autisma YPPA Padang
Disusun Oleh : Rini Yanty, S. Pd
Salah satu mapel dengan jumlah jam yang banyak di jenjang SMPLB dan SMALB pada struktur Kurikulum Merdeka Pendidikan Khusus bagi anak berkebutuhan khusus yaitu mata pelajaran keterampilan. Melalui asesmen yang dilakukan guru, peserta didik SLB Autisma YPPA pada jenjang SMPLB dan SMALB memiliki potensi serta bakat dan minat pada bidang seni musik, tata boga dan tata busana.
Dalam mengembangkan potensi tersebut guru berpedoman pada CP dan TP Kurikulum Merdeka memfasilitasi kebutuhan peserta didik dengan mengajarkan mapel keterampilan tata boga 3 kali dalam seminggu 4 sampai 5 jam sehari, dengan menu-menu yang disesuaikan dengan makanan yang boleh dikonsumsi oleh peserta didik Autis, bebas gluten, casein dan sugar seperti makanan yang terbuat dari tepung beras.
Masakan yang sudah dipraktikkan oleh peserta didik kita diantaranya nasi goreng, bihun goreng, sala lauak dan godok bada, keripik singkong balado. Dalam prosesnya peserta didik dibimbing oleh guru kelas mengingat sekolah kami belum memiliki guru mapel keterampilan. Sebelum praktek peserta didik dikenalkan dengan alat atau bahan serta task analisis membuat masakan. Masing-masing peserta didik bekerja sesuai dengan kemampuannya.
Tahap memasak yang masih menjadi perhatian guru adalah ketika menakar garam pada masakan agar tidak keasinan. Peserta didik juga dibimbing untuk bekerjasama dan bergotong royong diakhir kegiatan membersihkan alat-alat dapur sekolah. Peserta didik tidak hanya belajar praktek memasak namun mereka juga dibimbing untuk menata makanan serta menggunakan benda tajam seperti pisau sesuai kegunaannya.
Terlaksananya kegiatan keterampilan tata boga ini tidak terlepas dari dukungan dari orang tua dengan tujuan agar peserta didik berkebutuhan khusus kita dapat menolong dirinya sendiri dan tidak selalu bergantung dengan keluarga ataupun orang lain dan tujuan akhirnya bagaimana peserta didik mempunyai keterampilan hidup dan dapat hidup mandiri di tengah masyarakat.
Melalui cerita orang tua bahwasanya mereka sudah merasakan manfaat dari keterampilan tata boga ini. Orang tua menyampaikan anak mereka sudah mampu mempraktikkan di rumah masakan yang sudah dibuat di sekolah meski terkadang mereka boros dalam menggunakan bahan-bahan.
Saat yang dinantikan dan membahagiakan bagi peserta didik yaitu saat mereka mencicipi makanan yang dimasak dan ditatanya sendiri, berbagai ekspresi yang muncul yang membuat tawa gurunya.