Ditulis oleh Rini Yanty, S.Pd

SlbAutisma-YppaPadang.sch.id - Guru merupakan ujung tombak dalam memajukan pendidikan, mereka punya seribu cara, teknik, atau, metode, maupun pendekatan agar peserta didiknya bisa belajar, terutama di masa pandemi ini.

Guru Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) mempunyai  tantangan tersendiri  dalam menghadapi siswanya dengan berbagai keterbatasan. Baik keterbatasan dalam penglihatan, pendengaran, keterbelakangan mental, keterbatasan fisik, kelainan ganda, maupun anak dengan gangguan perilaku. Setiap mereka mempunyai karakteristik yang berbeda dan unik adanya meski dengan gangguan yang sama.

Dalam masa Pembelajaran Jarak jauh (PJJ) ini guru harus bisa membuat dan mendesain pembelajaran yang biasanya disampaikan secara tatap muka menjadi pembelajaran daring yang disesuaikan dengan kebutuhan, kemampuan, dan karakteristik peserta didiknya. Begitu juga dengan guru-guru anak autisma.

Guru-guru anak autisma selalu berusaha untuk memberikan pelajaran secara efektif dan efisien kepada para peserta didiknya, mengingat anak autis mempunyai gangguan yang komplit, mulai dari gangguan perilaku, komunikasi dan interaksi. Guru harus mempertahankan program pembelajaran yang sudah dibangun bertahun-tahun untuk setiap peserta didiknya, agar tidak hilang begitu saja karena pendemi.

Penerapan PJJ berpeluang untuk terjadinya ketidaksinambungan program yang telah diberikan guru di sekolah dengan pembelajaran yang diterapkan di lingkungan rumah, dan terkadang harus dimulai dari awal lagi. Situasi ini jadi tantangan tersendiri bagi guru untuk selalu dapat meningkatkan sinergitas dengan orangtua peserta didik.

Berikut, ada 12 cara yang dapat dipersiapkan oleh guru ABK dalam menyukseskan PJJ;

1.       Membuat program pembelajaran secara berkala.

2.       Memilih media belajar yang sesuai dengan ABK.

3.       Menjelaskan pelaksanaan program kepada orangtua yang datang menjemput program ke sekolah.

4.       Memandu/memantau pelaksanaan program oleh orangtua di rumah melalui Whatsapp.

5.       Melakukan pembelajaran dengan siswa melalui video call.

6.       Membuat video pembelajaran sebagai panduan oleh orangtua.

7.       Mengoreksi proses pembelajaran melalui video yang dikirimkan orangtua.

8.       Membangun komunikasi yang intensif dengan orangtua.

9.       Mengecek apakah anak-anak bisa melakukan pembelajaran atau tidak.

10.   Diskusi dengan orangtua mengenai progress masing-masing anak melalui komunikasi virtual.

11.   Membuat laporan kendala-kendala yang dihadapi oleh orangtua di rumah.

12.   Melakukan kunjungan rumah.

Berbagai kendala dihadapi oleh para guru dalam menyukseskan program PJJ ini, namun semangat dan perjuangan mereka selalu sangat diharapkan, demi memenuhi hak belajar peserta didiknya. (*)