Karya: Refnita, S.Pd., M.Pd

Senin pagi setelah apel di kantor, aku mengunjungi salah satu sekolah dampinganku yaitu SLB Autisma YPPA Padang. Sebelum melakukan kunjungan, aku mengkonfrimasi kedatanganku kepada Kepala Sekolah hebat Ibu Rini Yanty, S.Pd lewat pesan WA. Aku sampaikan maksud kedatanganku serta beberapa hal yang akan kami diskusikan.

Perjalanan dari kantor ke sekolah dampingan ini butuh waktu sekitar 20 menit dan butuh kehati-hatian berkendara. untuk menuju sekolah ini dari kantorku, biasanya aku melewati jalan di sepanjang pinggir Bandakali. Jalannya kecil dan butuh kesabaran ketika berpapasan dengan mobil lain dari arah berlawanan. Selain itu, juga harus melintasi rel kereta api yang tanpa palang kereta serta jalan berlobang di sisi-sisi jalan.

Perasaan senang selalu muncul ketika bertemu dengan guru-guru hebat dan anak-anak istimewa. Sesampainya di sekolah, aku bersama Bu Anik, sahabat sejawat, melewati kelas Bu Efi Yanti, S.Pd yang berada di kelas pertama yang dijumpai saat masuk dari gerbang sekolah. Guru honorer yang telah mengabdikan dirinya untuk anak-anak istimewa selama 20 tahun-an ini terlihat sedang mendampingi muridnya menjahit.

Siswa di kelas Bu Efi terlihat sibuk dan fokus dengan pekerjaannya masing-masing. Bu Efi sedang mendampingi salah seorang murid yang sedang menjahit menggunakan mesin jahit. Bu Efi mempersilahkan kami untuk masuk ketika melihat kedatanganku. Hatta yang sedang menjahit alas meja segera berdiri dan menyalami kami. Ia segera mengeluarkan baju hijau karyanya yang sudah selesai dijahit dari kantong kain berwarna merah. "Hatta senang menjahit" katanya terbata. Aku memberikan apresiasi dengan mengangkat dua jempol kepadanya dan memuji hasil karyanya yang memang luar biasa. "Wah, bagus sekali baju Hatta. Coba Hatta pakai" kataku memuji karyanya. Aku bantu Hatta mengenakan baju yang dibuatnya. "Gagah sekali anak ibu" ucapku kembali memuji. Pujian yang betul tulus dan jujur karena keterampilan menjahit ini tidak semua orang memilikinya. Hatta terlihat senang sekali menerima pujian tersebut. "Baju yang dijahit Hatta nanti diobras dulu di pasar Bu Ref" kata Bu Efi. "Biasanya baju yang telah dijahitnya dipakainya ke sekolah," kata Bu Efi melanjutkan. Hatta kembali menyimpan bajunya dalam tas rajut merah dan kembali asyik menjahit pinggir alas meja hasil karya eco print beberapa waktu lalu. Masya Allah.... Rasa kagum dan salut untuk guru yang telah mendidik anak istimewa menjadi mandiri.

Aku beranjak ke pojok kelas. Taqi sedang asyik menjahit dengan jarum dan benang putih ditangannya. Dia terlihat fokus sekali dengan jahitannya, sehelai kain putih segi empat seukuran sapu tangan. Kain tersebut terpasang berbagai ukuran buah baju dan perekat kain. "Taqi sedang membuat apa?," sapaku ke Taqi. Taqi tidak bereaksi. "Taqi, Bu Ref bertanya, Taqi buat apa?," kata Bu Efi dengan suara agak keras. Taqi melihat padaku dan memperlihatkan jahitannya. Dia terlihat malu-malu. "Taqi sekarang sedang menjahit bahan  yang digunakan untuk media ajar bu Ref", kata Bu Efi menjelaskan. "Taqi sudah menyelesaikan bajunya, jadi untuk mengisi waktunya, dia sekarang menjahit kain ini yang nantinya bisa dimanfaatkan untuk media ajar melatih motorik halus adik-adik kelasnya" lanjut bu Efi. "Masya Allah, hebatnya Taqi nak", ungkapku menyatakan kekaguman, tidak hanya kepada Taqi dan juga Bu Efi. Apa yang dilakukannya tidak hanya bermanfaat untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk adik tingkatnya yang juga memiliki keterbatasan.

Rasa haru tiba-tiba menyeruak dalam dadaku. Aku segera keluar kelas didampingi Ibu Kepala Sekolah. Sebelum meninggalkan  kelas, aku ucapkan terima kasih dan ungkapan rasa salutku kepada bu Efi. Tidak lupa aku doakan semoga beliau selalu sehat dan dimudahkan Allah dalam mendampingi murid-murid istimewa sehingga bisa mandiri dan menghasilkan karya istimewa.

"A gifted teacher is not only prepared to meet the needs of today's child but is also prepared to foresee to hopes and dreams in every child's future"

-Ribert John Meehan-