
Cara Guru Tingkatkan Keterampilan Bercerita Anak Autis
Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan
kepada orang lain dengan alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk
pesan, informasi, atau hanya sebuah dongeng yang dikemas dalam bentuk cerita
yang dapat didengarkan dengan rasa menyenangkan.
Metode bercerita merupakan salah satu cara yang ditempuh guru untuk memberi
pengalaman belajar kepada anak. Cerita yang disampaikan harus mengandung pesan,
nasihat, dan informasi yang dapat ditangkap oleh anak, sehingga anak dapat
dengan mudah memahami cerita .
Di Sekolah Luar Biasa Autisma YPPA Padang cara mengajarkan anak untuk
bercerita yaitu dimulai dari program menceritakan hal atau benda/foto-foto yang
terlihat dengan cara sederhana dan menyebutkan sesuai dengan ciri-ciri benda
itu sendiri. Setelah anak mampu menceritakan benda yang terlihat,maka
dilanjutkan dengan program menceritakan hal yang tidak terlihat. Selain itu juga
ada program anak mendengarkan cerita guru, lalu anak disuruh menceritakan ulang
cerita yang didengarkan tadi. Dalam bercerita guru juda dapat melatih gesture
dan mimik serta ekspresi saat bercerita, agar cerita yang disampaikan menjadi
menarik. Keterampilan bercerita ini dapat diajarkan guru pada kurikulum
menengah dan lanjut baik melalui bercerita tentang benda/foto secara konkrit
maupun bercerita tentang dirinya sendiri, tentang keluarga dan lingkungannya.
Dalam kegiatan bercerita anak dibimbing mengembangkan kemampuan untuk
mendengarkan cerita. Melalui metode bercerita anak akan dapat mengembangkan
kemampuan bahasanya, dapat mengulang bahasa yang didengarnya dengan bahasa yang
sederhana, sehingga metode bercerita berpengaruh terhadap kemampuan berbicara
anak.
Dalam mengembangan keterampilan bercerita pada anak autis, sekolah
secara rutin menjalankan program literasi baik yang dilakukan di luar kelas
maupun dalam kelas. Kegiatan di luar kelas seperti : siswa menonton tayangan televisi
tentang cerita-cerita edukasi misalnya cerita religi (kisah-kisah nabi ataupun
cerita fiksi/non fiksi lainnya). Setelah menonton guru melakukan tanya jawab
dengan siswa tentang video yang baru saja ditayangkan. Guru membimbng siswa
dalam bertanya dan menjawab. Disamping
itu ada saatnya guru secara bergantian bercerita/mendongeng dan di waktu lain
siswa juga diminta bercerita tentang hal-hal sederhana yang dialaminya
sehari-hari. Kegiatan literasi di luar kelas ini dilaksanakan secara bersama-sama
melibatkan seluruh siswa dan guru. Video/film diputar selama 15 menit. Kegiatan
literasi di luar kelas ini dilakukan 3 kali dalam seminggu. Kegiatan literasi
dalam kelas dilaksanakan setiap hari, siswa membaca buku selama lebih kurang 10
menit dan salah seorang siswa diminta menceritakan kembali dengan bahasanya
sendiri.
Metode bercerita bertujuan untuk menghibur, melatih anak berkomunikasi
dengan baik, memahami pesan dari cerita dan mampu mengungkapkan ide cerita
serta menambah wawasan dan pengetahuan bahasa secara luas. (*)