
Guru SLB Autisma YPPA Padang Bangun Jiwa Kewirausahaan Siswa
Ditulis Oleh : Rini Yanty, S.Pd
Mengacu pada struktur
kurikulum tersebut sudah sangat jelas bahwa untuk anak berkebutuhan khusus mata pelajaran keterampilan/vokasional jumlah
jamnya paling banyak dibandingkan dengan pelajaran akademik. Sekolah melalui guru-gurunya
dapat mengembangkan vokasional ABK sesuai dengan potensi peserta didik, potensi
lingkungan sekitar dan memberdayakan sarana dan prasarana yang ada di sekolah.
Salah satu tugas kepala sekolah yaitu menggerakkan kewirausahaan sekolah yaitu dengan
membangun jiwa kewirausahaan peserta didik melalui program keterampilan
vokasional dengan produk produk unggulan. Melalui vokasional ini guru dapat
melatih peserta didik untuk membuat hasil karya
yang bernilai jual dan dapat dipasarkan.
Di SLB Autisma YPPA
Padang keterampilan yang dikembangkan yaitu keterampilan menjahit dengan
memanfaatkan kain perca baik kain perca bermotif batik maupun polos. Diantara
keterampilan yang bahan dasarnya kain perca yaitu : kotak pensil, cilemek,
masker harian dan juga masker pesta, serta tas tempat nasi. Disamping itu kita
juga membuat sarung bantal, seprey, hiasan dinding sulaman strimin. Keterampilan
lainnya yaitu mengembangkan tanaman hidroponik meski hanya melalui polibek
seperti budidaya kangkung dan toge.
Keterampilan ini sudah
kita pasarkan meski hanya di lingkungan sekolah saja dengan pasarnya guru-guru,
orang tua murid serta pengunjung yang datang baik dari kalangan mahasiswa yang
melakukan obsevasi, magang, pratikum, penelitian atau mahasiswa yang sedang mengikuti
PKL, serta dosen-dosen yang melakukan kegiatan pengabdian masyarakat. Setiap
pengunjung yang datang dapat membeli hasil karya peserta didik ini. Meskipun
hasil karya siswa autis kita masih sederhana namun hal ini tentunya menimbulkan
semangat bagi peserta didik karena hasil karya mereka kerap habis terjual dan
mereka juga langsung dilibatkan dalam proses jual beli hasil karyanya. Mereka
berhadapan dengan pembeli dan belajar menawarkan hasil karyanya serta menerima
uang dari pembeli namun masih dalam bimbingan guru.
Keterlibatan peserta
didik ini tentunya dapat menumbuhkan dan membangun jiwa kewirausahaan ABK.
Disamping itu juga dapat mengembangkan keterampilan lainnya seperti belajar
berkomunikasi dan berintegrasi dengan pembeli serta menumbuhkan nilai-nilai
karakter. Mungkin bagi sekolah regular
ini hal yang biasa namun bagi kami sekolah luar biasa dengan peserta didik
autis hal ini suatu hal yang istimewa mengingat beragamnya hambatan yang
disandangnya. Mendidik mereka untuk bisa seperti ini tentunya membutuhkan waktu
dan proses melalui bimbingan dan latihan yang terus menerus serta kesabaran
dari seorang guru hebat dibelakangnya dengan segala kisah serunya menjadi
seorang guru autis dan yang tidak kalah pentingnya yaitu dukungan keluarga.
Membekali peserta didik
berkebutuhan khusus dengan jiwa entrepreneur/kewirausahaan di bangku sekolah
sangatlah penting sebagai bekal bagi mereka ketika telah lulus sekolah dan hidup mandiri secara
ekonomi dapat memenuhi kebutuhan diri sendiri dan keluarga. Setiap SLB tentunya mempunya cara yang berbeda
dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan peserta didiknya namun tetap dengan tujuan
yang sama.