-800x450.jpg)
Tahapan dalam Latihan Toilet Training Siswa SLB Autisma YPPA Padang
ditulis oleh Harleni, S.Pd
Slbautisma-yppapadang.sch.id - Mengajarkan beberapa
hal sederhana dalam kehidupan sehari hari untuk anak autis dapat menjadi sebuah
langkah awal untuk mencapai sebuah kemandirian. Salah satunya adalah dengan mengajarkan
mereka tentang aktivitas buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK).
Kegiatan mengajarkan
anak untuk mampu buang air besar dan buang air kecil dikenal dengan istilah toilet
training. Menurut dr. Sepriani Timurtini Limbong,”Toilet training merupakan
suatu metode belajar bagi anak untuk dapat buang air kecil (BAK) dan buang air
besar (BAB) di toilet secara mandiri. Kegiatan ini membutuhkan kesabaran dari
guru dan orang tua untuk membiasakan anak agar mampu melaksanakan toilet
training secara mandiri. Kegiatan toilet training ini sangat penting diberikan
karena anak autis diharapkan dapat mandiri, tidak selamanya bergantung dengan
orang lain.
Kemampuan toilet
training pada anak autis tentunya tidak sama dengan anak normal. Umumnya anak
normal dengan kemampuan yang sempurna secara koqnitif maupun motorik, kegiatan
sehari-hari dapat dilatih sejak dini. Namun, tidak demikian dengan anak autis,
adanya gangguan yang kompleks membuat anak autis mengalami beberapa kesulitan
dalam melakukan kegiatan toilet training. Sehingga kegiatan toilet training ini
tidak dapat semudah dan secepat anak normal. Keterbatasan komunikasi dan
koqnitif yang dimiliki anak autis tersebut memerlukan metode, teknik, kesabaran
dan waktu yang lebih lama supaya anak mampu melakukan kegiatan toilet training
dengan baik. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah dengan metode latihan (drill).
Ada beberapa tahapan dalam melatih toilet training untuk anak autis, antara lain:
1. Menilai kesiapan anak
2. Membuat suasana kamar mandi yang menyenangkan
3. Melakukan observasi (memperhatikan kebiasaan buang air kecil anak)
4. Membuat jadwal
5. Memberikan pujian
6. Melakukan kegiatan secara rutin
Siswa di sekolah
Autisma YPPA Padang sangat beragam karakteristiknya, begitupun
dalam pemberian layanan pendidikannya disesuaikan
dengan tingkat kemampuan anak. Ada anak yang sudah bisa digabungkan dalam satu
kelas (klasikal), ada juga anak yang mendapat layanan pendidikan secara
individual. Kegiatan toilet training yang termasuk dalam kegiatan Activity
Daily Living atau yang di singkat dengan kegiatan ADL ini biasanya diberikan
pada siswa kelas individual.
Adapun tahapan
mengajarkan toilet training di SLB Autisma YPPA Padang ini tidak berbeda dengan
sekolah luar biasa lainnya.pada tahap awal kegiatan ini guru mengamati
kebiasaan anak dalam buang air kecil, membuat
catatan kapan anak buang air kecil, berapa jam sekali ia akan buang air kecil.
Kegiatan ini juga dipengaruhi oleh banyak sedikitnya anak minum dalam satu
hari.
Setelah melihat dan
mengamati kebiasaan anak dalam buang air kecil, kemudian
memperkenalkan anak dengan toilet/kamar mandi. Pada tahap ini banyak anak autis
yang menolak untuk masuk ke kamar mandi.
Tak jarang mereka menangis, berteriak tanpa sebab, marah
saat dibawa ke kamar mandi, bahkan tantrum yang berlebihan.
Mereka
sangat tidak nyaman berada di dalam kamar
mandi, dengan bertahap dan tidak memaksakan anak,
biasanya guru cukup mengajak anak untuk berdiri di depan pintu kamar mandi, sambil
memperkenalkannya dengan kamar mandi.
Setelah anak cukup
akrab dengan kamar mandi, baik keadaan kamar mandinya, situasinya, bahkan
aromanya, lama-lama anak akan terbiasa dan mulai mau masuk ke dalam
kamar mandi, walaupun biasanya proses buang air kecil belum terlaksana seperti
yang diharapkan. Sebagian anak masih belum mau pipis di kamar
mandi. Kegiatan di kamar
mandi ini memerlukan latihan dan pembiasaan yang continue dan terus menerus
hingga anak mau buang air kecil/pipis di kamar mandi.
Tidak lupa setiap pencapaian/kemajuan yang di tunjukkan anak, ia akan mendapat
imbalan berupa makanan atau mainan yang disukainya.
Anak autis jika
dibiasakan melakukan kegiatan rutinitas dan berulang-ulang maka merekapun akan
konsisten dengaan kegiatan tersebut mengajarkan
mereka dengan pembiasaan dan aturan-aturan membuat mereka lebih disiplin dan
bertanggung jawab melebihi anak normal pada umumnya. (*)