Pendekatan Khusus: Mendampingi Siswa Autis Memahami Pubertas
Menstruasi (datang bulan) adalah fase alami, namun bagi anak dengan spektrum autisme, pengalaman ini seringkali menjadi momen yang sangat menakutkan dan traumatis. Anak autis sering berjuang dengan perubahan dan ketidakpastian. Menstruasi tidak hanya berarti darah, tapi juga:
- Sensitivitas Tinggi: Bau, tekstur pembalut, dan sensasi fisik yang baru bisa sangat mengganggu.
- Rasa Sakit Ekstra: Mereka lebih rentan mengalami menstruasi yang berat dan menyakitkan.
- Gangguan Rutinitas: Menstruasi yang tiba-tiba bisa membatalkan rencana, memicu kecemasan tinggi, bahkan meltdown.
Kejadian panik ini mengajarkan satu hal: pendidikan pubertas tidak bisa disamaratakan! Kami menemukan solusinya melalui Desensitisasi—pendekatan bertahap untuk membangun toleransi terhadap hal yang sebelumnya menakutkan.
- Memperkenalkan Secara Bertahap
Kami tidak langsung memberi pembalut. Proses dimulai dengan:
-
- Visual dan Naratif: Ilustrasi, buku cerita, dan video edukatif yang jelas tanpa bahasa kiasan.
- Simulasi Aman: Menggunakan boneka atau media lain untuk menjelaskan proses.
- Eksplorasi Sensorik: Membiarkan anak menyentuh dan mengenal tekstur pembalut dengan cara yang menyenangkan.
- Membangun Kepercayaan Diri dan Pemahaman
Pendekatan ini dilakukan secara rutin. Anak didorong untuk berbicara dan mengekspresikan perasaannya. Secara bertahap, ia dibimbing untuk:
-
- Mencoba menempelkan pembalut pada pakaian.
- Hingga akhirnya, menggunakannya saat haid datang kembali.
Melalui pendekatan ini, anak yang dulunya panik kini mulai memahami bahwa menstruasi adalah proses alami. Ia tidak lagi mengalami serangan panik dan perlahan menerima pembalut sebagai bagian dari rutinitasnya. Sebagai pengingat bagi kita semua: memastikan mereka siap secara emosional dan sensorik menghadapi setiap fase kehidupan. Dengan dukungan yang tepat dan pendekatan yang empatik, setiap anak, termasuk anak autis, dapat tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri dan mandiri!
Penulis: Firlye Refiolina






