
PERAN TERAPI OKUPASI DALAM PENGEMBANGAN MOTORIK BAGI ANAK DENGAN GANGGUAN SPEKTRUM AUTISME (GSA) DI SLB AUTISMA YPPA PADANG
Anak dengan Gangguan Spektrum Autisme (GSA) memiliki kesulitan utama dalam interaksi sosial, komunikasi (verbal dan non-verbal), dan perilaku yang berulang-ulang.
Meskipun bukan kriteria utama diagnosis, gangguan motorik sering ditemukan pada anak GSA. Kemampuan motorik ini sangat penting karena menjadi dasar bagi anak untuk melakukan aktivitas fungsional sehari-hari dan menentukan kualitas hidup mereka.
Gangguan motorik ini bisa memengaruhi keterampilan fungsional dan sosial anak GSA. Keterlambatan motorik pada anak GSA diduga berkaitan dengan masalah proses sensori (cara anak menerima informasi dari indra dan cara mereka merespons dengan gerakan). Oleh karena itu, latihan motorik dan terapi yang melibatkan input sensori (seperti visual, sentuhan, dan gerakan) sangat dibutuhkan.
Walaupun anak GSA sering mendapat terapi, fokusnya sering hanya pada masalah perilaku, sehingga terapinya tidak menyeluruh (holistik). Padahal, terapi sangat penting agar anak bisa mandiri dalam melakukan kegiatan sehari-hari seperti makan, minum, atau menggosok gigi.
Hampir semua anak GSA mengalami keterlambatan motorik (kasar dan halus). Mereka sering terlihat kaku, kesulitan memegang pensil atau sendok dengan benar, serta kesulitan berlari atau melompat.
Di sinilah Terapi Okupasi berperan besar. Terapi Okupasi adalah layanan intervensi untuk membantu seseorang menguasai keterampilan yang diperlukan agar mampu mandiri dalam kegiatan sehari-hari. Pada anak autis, terapi ini berfokus untuk: 1) memperkuat dan memperbaiki koordinasi otot (melatih motorik anak); dan 2) mengembangkan keterampilan motorik, regulasi sensori, dan kemandirian.
Peran Utama Terapi Okupasi dalam Pengembangan Motorik Anak GSA:
- Meningkatkan Motorik Halus: kesulitan yang dialami memegang pensil, menggunting, atau mengancingkan baju. Terapis okupasi akan melatih anak dengan aktivitas seperti meronce, menempel, atau menggunakan alat bantu untuk memperkuat otot-otot kecil di tangan dan jari.
- Melatih Motorik Kasar: Mengatasi masalah keseimbangan dan koordinasi tubuh dengan permainan yang melibatkan gerakan besar (melompat, berjalan di atas garis, bermain bola).
- Mengatur Respons Sensorik: Membantu anak yang terlalu peka atau kurang responsif terhadap sentuhan, suara, atau gerakan agar rangsangan tersebut tidak mengganggu aktivitas motorik mereka.
- Meningkatkan Fokus dan Perencanaan Gerakan: kesulitan dalam merencanakan gerakan (dyspraxia). Terapi okupasi menggunakan strategi khusus untuk meningkatkan kemampuan anak dalam menyusun langkah-langkah gerakan yang kompleks.
Terapi okupasi menggunakan kegiatan sehari-hari anak untuk membangun berbagai keterampilan dasar. Tujuannya adalah agar anak bisa mandiri dengan cara melatih: kontrol diri dan respons terhadap sensori (indra); gerakan motorik kasar dan halus; komunikasi dan sosialisasi; kemampuan berpikir (kognitif); keterampilan merawat diri sendiri; dan rasa percaya diri.
Penulis: Shella Dwi Salbilah, S.Pd