
6 Cara Mengatasi Tantrum Pada Anak Autis di SLB Autisma YPPA Padang
Ditulis Oleh : Puput Deswita, S.Pd
Slbautisma-yppapadang.sch.id - Seorang anak dikatakan autis jika mengalami keterlambatan pada perkembangan perilaku, interaksi, komunikasi. Menghadapi anak autis memang tidak semudah yang dibayangkan. Diperlukan kesabaran dan skill khusus serta kurikulum khusus, agar bisa menangani anak tersebut dengan tepat. Sulitnya dalam berkomunikasi dan mengungkapkan emosi menjadi tantangan bagi orangtua dalam membimbing anaknya.
Ada banyak tantangan bagi
orangtua maupun guru dalam menghadapi anak autis. Salah satunya menghadapi anak autis saat ia mengalami
tantrum. Anak autis cendrung sulit untuk mengontrol emosi, frustasi, maupun
berkomunikasi apalagi ketika amarahnya meluap. Tantrum adalah kondisi dimana
anak ingin mengekspresikan dirinya, namun tidak terkontrol yang menyebabkan
terjadinya ledakan emosi. Setiap anak autis memiliki tingkat tantrum yang
berbeda-beda mulai dari tantrum yang ringan sampai berat. Tantrum bukan hanya
dirasakan oleh anak dengan gangguan perilaku namun anak normal pun bisa
mengalami tantrum.
Berbeda dengan anak normal,
anak autis yang tantrum tidak dapat mengekspresikan diri dengan jelas sehingga
dengan cepat dapat memburuk dan menjadi amukan yang berbahaya bagi dirinya dan orang lain, karena
belum bisa berkomunikasi cukup baik dalam menyampaikan apa yang dimaksud. Hal
ini dapat membuat orangtua cemas dan sering merasa tidak aman. Seringkali
orangtua kewalahan dalam menghadapi anak autis dalam kondisi tantrum.
Tantrum pada anak autis dapat
terjadi dimana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja.Tantrum biasanya
ditunjukkan dengan lebih mudah marah, berteriak, menangis, guling-guling,
lempar barang, menyakiti orang lain seperti memukul, mencubit, menendang dan
menggigit serta menyakiti diri sendiri (menggigit tangannya, memukul kepala
bahkan sampai mencari beton untuk membenturkan kepalanya). Sebagian dari mereka
mengalami gangguan persepsi sehingga mereka tidak atau kurang merasakan rasa
sakit ketika menyakiti dirinya. Hal ini dikarenakan lambatnya reaksi otak
merespon rasa sakit tersebut.
Ada 5 cara yang dilakukan oleh orangtua maupun guru dalam mengatasi anak tantrum:
1. Kenali penyebab dan jenis tantrum
Ketika anak tantrum biasanya disebabkan oleh sesuatu. Saat anak autis tantrum biasanya ia menginginkan sesuatu atau ada hal yang membuat nya tidak nyaman. Maka dari itu orangtua ataupun guru harus mengetahui faktor-faktor penyebab tantrumnya.
2. Jika terjadi tantrum di tempat keramaian bawa anak autis ke tempat yang jauh dari keramaian dan apabila tantrum terjadi di kelas saat proses belajar mengajar berlangsung bawa anak ke ruang yang lebih besar, aman dan nyaman. Biasanya di SLB Autisma YPPA Padang anak dibawa ke ruang musik dan ruang sensory. Ruangan yang dimaksudkan adalah ruangan yang bebas dari hal-hal yang membahayakan anak.
3. Biarkan anak melepaskan emosi nya terlebih dahulu.
Tetap tenang dan beri ruang sedikit waktu bagi anak meluapkan emosinya namun tidak pada hal yang membahayakan diri. Sabar adalah kunci terpenting bagi orangtua dan guru dalam hal ini.
4. Berikan perhatian dengan sentuhan fisik
Bila sudah berhenti tantrum berikan ia pelukan. Pelukan dipercaya dapat menenenangkan perasaan anak. Dengan memeluk anak bisa merasa aman, rasa kasih sayang dan rasa nyaman bagi anak autis.
5. Alihkan perhatian dan minat kepada hal-hal yang disukainya.
Komunikasikan apa yang dia inginkan, dan apa yang kita inginkan. Ciptakan suasana yang tenang bagi anak. Alihkan perhatian anak ke aktivitas yang menenangkan atau memperkenalkan objek yang membuatnya nyaman. Bisa juga dengan mengajaknya bermain.
6. Buatkan jadwal aktivitas yang padat
Guru
dan orangtua menyepakati rutinitas anak dengan berbagai kegiatan yang terjadwal
sehingga mengurangi munculnya tantrum pada anak.
Melalui pemahaman, kasih sayang, kesabaran dan cara yang tepat dari guru dan orangtua seperti membantu mengekspresikan dirinya melalui hal-hal yang diminati dan hal positif lainnya akan dapat mengatasi terjadinya tantrum pada anak autis.