Artikel

6 Cara Mengatasi Stimulasi Diri Pada Anak Autis di SLB Autisma YPPA Padang

Ditulis Oleh : Lusi Afrila, S.Pd


Slbautisma-yppapadang.sch.id - Autisme, yang sering dikenal dengan nama  autism spectrum disorder (ASD), adalah gangguan perkembangan otak yang mempengaruhi kemampuan seseorang dalam berkomunikasi, interaksi sosial, dan berperilaku. Anak autis cenderung asyik dengan dunianya sendiri, mereka lebih sering menghabiskan waktu pada hal yang mereka suka baik benda ataupun barang lainnya. Dengan demikian anak autis cenderung menunjukkan perilaku  berulang-ulang  yang disebut dengan istilah streotip.
Stimulasi adalah singkatan dari self-stimulating behavior yaitu perilaku yang sengaja dilakukan untuk memberikan rangsangan pada indra tertentu. Perilaku stimulasi ini mengacu pada gerakan tubuh, menggerakan benda, dan mengeluarkan kata-kata atau kalimat secara berulang. Stimulasi sendiri bisa mencakup semua indra termasuk penglihatan, pendengaran, penciuman, sentuhan, pengecapan, serta keseimbangan dan gerakan.
Perilaku Stimulasi pada anak autis sangat bermacam-macam. Kebanyakan dari mereka sering melakukan hal tersebut. Gerakan itu terkadang merupakan bentuk respon dari emosi kebosanan, kegembiraan, ketakutan dan keasyikan yang tersendiri bagi mereka, jika sudah demikian maka anak autis setiap saat akan melakukan gerakan yaang berulang seperti menggigit kukunya, menggoyangkan kaki/badan, menyipitkan mata, mengepakkan tangan, suka menatap lampu atau benda-benda yang berputar seperti kipas angin, memainkan karet gelang dan lain sebagainya. Perlu kita ketahui perilaku stimulasi ini juga ada yang berbahaya bagi anak autis seperti mengorek atau mencungkil luka.
Gerakan-gerakan di atas juga terjadi pada anak autis di SLB Autisma YPPA Padang. Stimulasi diri bisa muncul kapan saja seperti sedang berbaris, belajar, istirahat serta saat pembelajaran berlangsung, sehingga membuat anak tidak berperhatian dan tidak merespon setiap instruksi yang diberikan. Jika sudah demikian maka guru perlu memberikan penekanan pada saat anak melakukan perilaku dengan cara guru bisa mengatakan kata “tidak” kepada anak dengan nada tegas. Atau guru juga bisa menghentikan perilaku tersebut seperti menahan secara langsung stimualsi anak yang berlangsung dengan tangan terapis dan pandangan mata tertuju pada anak sambil meengatakan kata “tidak”. 
Ada beberapa cara dilakukan untuk mengurangi perilaku stimulasi pada anak diantaranya sebagai berikut:
1. Jika anak melakukan stimulasi maka guru dengan cepat mengatakan kata “tidak” dengan tegas, tujuannya agar anak langsung menghentikan gerakan tersebut.
Cara ini hanya bisa bagi sebagian anak saja namun tidak bagi sebagian lagi justru dengan cara ini mereka semakin mengulangi stimulasi diri, untuk itu sebagai guru harus bisa mengevaluasi setiap tindakan yang diberikan kepada peserta didiknya, khawatirnya berefek tidak baik bagi mereka.
2. Ajarkan sesuatu yang lain sebagai pengganti perilaku stimulasi tersebut. Misalnya meremas-remas bola yang biasa digunakan untuk merangsang aktivitas motorik atau aktivitas lain yang disenanginya.
3. Berkonsultasilah dengan dokter ahli yang khusus menangani hal ini guna mengetahui penyebab perilaku stimulasi. Dengan demikian perilaku stimulasi juga dapat dicegah dengan resep  obat-obatan yang sesuai dengan kondisi anak yang dikenal dengan terapi medikamentosa.
4. Memperbanyak waktu belajar anak. Belajar juga bisa mengalihkan perhatian anak agar mengurangi perilaku stimulasi diri pada anak autis.
5. Mengisi waktu luang dengan hal-hal yang digemari anak. Guru dan orang tua dapat melakukan asesmen terhadap hal-hal yang digemari/disukainya.
6. Memperhatikan makanan diet pada anak autis. Ini merupakan point yang tidak kalah penting yang dilakukan untuk mengurangi perilaku stimulasi diri pada anak autis karena jika anak autis tidak diet dari bahan makanan seperti terigu, susu sapi dan gula serta makanan yang mengandung fenol  tinggi maka akan semakin membuat anak lebih sering perilaku berhalusinasi, siklus tidur tergangu serta perilaku aktif lainnya.
Dengan demikian perilaku stimulasi diri pada anak sebenarnya juga bisa di cegah dengan beberapa cara diatas untuk mengurangi anak agar semakin sedikit melakukan pengulangan pada perilaku. Hal lain yang perlu diperhatikan apa yang memicu anak terjadinya perilaku tersebut. Mengalihkan perhatian anak pada perilaku stimulasi diri juga bisa dilakukan seperti membuat tugas rutin dalam kesehariannya. 


SK SATGAS COVID-19

SOP PROTOKOLER COVID-19

DAPODIKMEN

Video SLB Autisma YPPA Padang di Guru Keliling RRI

YPPA SUMBAR

Gedung Sekolah

Kontak

Alamat :

Jl. Garuda II Kel. Andalas

Telepon :

081267609887

Email :

slbautisma.yppapadang@gmail.com

Media Sosial :

Kepala Sekolah dan Majelis Guru

Layanan

Oktober 2025

Mg Sn Sl Rb Km Jm Sb
1 2 3 4
5 6 7 8 9 10 11
12 13 14 15 16 17 18
19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 31